Dilihat dari sudut pandang Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar,judul tulisan ini tidak pas, Mungkin sekali perkata “ buntung” belum masuk ke kosakata Bahasa Indonesia sehingga judul tulisan ini tidak dapat dikualifikasikan sebagai ungkapan dengan Bahasa Indoensia yang baik dan benar. Pertimbngan iramlah yang memaksa “ buntung” dikaitkan dengan “ inting” dalam satu ungkapan. Dan irama itu menjadikan ungkapan tersebut lebih komunikatif. lebih mudah diingat dan semoga lebih mudah dipahami.
Rasanya semua orang perna mengalami merasa untung pada hal sebenarnya “ buntung”. Rasanya semuan orang pernah mengalami, merasa “barhi” padahal hal sebenarnya rugi. Hal itu terjadi karena pengetahuan orang tentang sesuatu yang terbatas karena keterbatasan pengetahuan orang itulah yang menjadikan seseorang yang sebenarnya merugi tetapi merasa beruntung
Penulius mempunyai kenalan. Ia memiliki sawah kurang lebih setengah hektar. Suatu ketika kenalan penulis itu mengalami ggal panen, karena hama tikus. Kegagalan panen itu mendorongnya berfikir keras, mencari jalan keluar, bagaimana agar bermodalkan setengah hektar sawah itu ia dapat memiliki usaha yang terbebas dari ancaman hama tikus. setelah berpikir keras akhirnya ia berketatapan hati untuk menjual sawahnya. Dan dari hasil penjualan sawahnya itu, ia belikan dua buah colt baru. Jadilah ia kini bukan lagi sebagai petani, tetapi sebagai seorang pengusaha yang bergerak dibidang transportasi dengan mengoperasikan dua buah colt
Di tahun-tahun awal usahanya, ia merasa ijtihadnya tepat seklai. kalau ia baru memperoleh hasil setelah menanti emat lima bulan, kini hasil itu dapat dipetik tiap hari. Dan kalau hasil itu dihitung dan dibandingkan dengan hasil panen padi dahulu, hasil usahanya jauh lebih besar. Hasil kedua coltnya setelah dikurangi upah sopir dan pembelian bensin, sisanya masih cukup banyak. Upah sopir dan pembelian bensin itu tidak sampai 50% dari pengahasilan kotor.
Hasil bersih mulai menurun setelah usahanya berjalan tiga empat tahun. kalau semula beban atau biaya operasional hanya biaya sopir dan bensin, setelah usahanya berjalan tiga-empat tahun muncul biaya baru. Yakni pengeluaran biaya untuk perbaikan. Ditahun-tahun awal usahanya, kenalan penulis itu tidak pernah menghadapi masalah dengan mobilnya. tetpi setelah mobilnya semakin tua, masalah itu semakin sering muncul, kalau dahulu mobilnya masuk bengkel hanya untuk servis, kini mobil harus masuk bengkel karena ada kerusakan. Kerusakan itu semakin lama semakin sering terjadi. perlu perbaikan. Dan perbaikan itu kadang memerlukan penggantian suku cadang. Dan kalau sudah ada pergantian suku cadang ongkosnya pun membengkak. Kadang dapat menguras habis pendapatn dalam satu bulan. Demikian kenalah dan teman penulis tadi menekuni usahanya, berjalan tertatih-tatih semakin hari semakin berat.
Singkat veritera, setelah kurang lebih sepuluh tahun kenalan penilis tadi berusaha di bidang transportasi dengan mengoperasikan dua buah colt yang dibeli dari hasil penjualan setengah hektar sawah, ia harus menghadapi kenyataan berupa colt yang tidak dapat dioperasikan lagi. Kedua coltnya kini terparkir dipekarangan, dalam proses mejadi besi tua. Sementara sawahnya yang ia peroleh sebagai harta warisan dari orang tua kini bukan lagi menjadi miliknya. Usahanya kolep, Usahanya bangkrut
Dalam sepuluh tahun ia berusaha, ada masanya ia merasa berhasil, Merasa sukses. Beruntung. tetapi apalkah sebenarnya ia beruntung? jangan-jangan beruntung karena salah hitung Artinya kalau perhitungan diselenggarakan dengan wajar sebenarnya ia bunting. Setidaknya ia beruntung, tetapi untungnya tidak sebesar yang ia sangka
Menghitung keuntungan sbesar pendapatan dikurangi biaya sopir dan pembelian bensin sebenarnya tidak realistic. Ada biaya atau beban yang cukup besar bagi usaha yang mengoperasikan mobil umumnya tidak diketahui oleh mereka beban penyusutan mobilnya sebesar 20% pertahun. Seharusnya kenalan penulis tadi juga begitu. Andaikata dua mobil coltnya berharga @ 100.000.000,- maka beban penyusutannya sebesar 20% x 200.000.000,- adalah Rp 40.000.000,- pertahun. Perhitungan itu didasarkan asumsi bahwa usia ekonomis sebuah mobil adalah 5 tahun
Boleh juga kita menghitung penyusutan dengan cara lain. Misalnya perhitungan didasarkan kapasitas mobil. Mobil itu didesain oleh teknisinya mampu memnempuh jarak 100.000 Kilometer, sebagaimana dapat dilihat di maksimalnya sepedo meter. Artinya kalau harga mobil Rp 100.000.000,- sementara kemampuan jarak tempuh 100.000 KM maka tiap mobil berjalan1 km mobil disusut sebesar Rp 1.000,- kalau berjalan 20 KM PP susutan sebesar 40 x Rp 1.000,-=Rp 40.000,-
Beban penyusutan itu bukan dikeluarkan tetapi disisihkan. Sebaiknmyua ditabung. Kalau mobil itu sudah menempuh jarak 1000 KM maka tabungan dari beban penyusutan sudah berjumlah 100.000 x Rp1.000,-= Rp 100.000.000,- kalau temana penulis tadi hanya berhitng dengan caea demikian , tidak bakal mengalami keadaan: tiada sawah tiada mobil, sebaliknya yang ia alami: tiada sawah karena memang sudah dijual- tetapi tetap punya mobil. sebab kalau mobilnuya telah habis usia ekonomisnya ia dapat membeli mobil pengganti yang baru itu. Dan kalau jumlah tabungan ternyata kurang cukup membeli pengganti, karena ada perubahan haraga, cara yang ditempuh ilah dengan menjual mobi yang diganti. Hasil penjualan ditambah tabungan akan cukup bahkan mungkin sekali berlebih untuk membeli mobil pengganti
Pengalaman pahit sebagaimana diuraikan diatas, dimaksudkan agar pembacanya dapat mengambil pelajaran tetang cara yang tepat memperlakukan harta tetapnya yang berupa kendaraan. Kendaraan sebagaimana mesin umumnya memiliki tingkat penyusutan yang tinggi. Tidak sebagaimana tanah termasuk sawah yang susutannya 0%. Orang tua kita mengatakan lemah kuwi dicokot-cokot alot
Anggota KPRI KIPAS yang sudah tahu tentang susutan harta tetap berkat keanggotaannnya dalam koperasi atau karena mempelajari akuntanis, dapat menerapkan cara diatas untuk kendaraannnya. Kemampuan jarak tempuh kendaraan kita 100.000 KM sebagaimana kapasitas spedo meter Harga kendaraan Taruh lah Rp 10.000.000,- berarti susutan per 1 KM Rp 10.000.000,- dibagi 100.000,- sama dengan Rp 100,-
Untuk itu,lihatlah spedo meter, sudah berapa kilometer jarak yang ditempuh oleh kendaraan anda. Sekedar contoh, taruhlah jarak yang sudah ditempuh sejauh 123 KM. Berarti kendaraan anda telah susut 1234 x Rp 100,- = Rp 123.400,- maka anda perlu menyisihkan beban penyusutan kendaraan anda sebesar Rp 123.400,- Ingat, beban ini disihkan bukan dikeluarkan. sebulan kemudian lihat spedo meter kendaraan anda. Ternyata spedo meter menjnjukan angja 2794 berarti bulan itu kendaraan anda menempuh jarak 2792-1234 = 1560 Km . Maka anda perlu menyisihkan biaya penyusutan sebesar 1560 X 100= Rp 156.000,- Begitu seterusnya kalau kelak kendaraan anda telah menempuh jarak 100.000,- KM maka akan sudah menyisihkan biaya penyusutan sebesar 100.000,- x 100= Rp 10.000.000,-
Agar hal ini dapat terselenggara sebagaimana diteorikan, kata kuncinya pada mampukah anda menyisihkan beban penyusutan dan tidak menggunakannya untuk keperluan lain dengan alas an apapun. Penulis fakir, bahwa hal ini kelewat berat. mungkin anda kuat tetapi bagaimana sang istri / suami, bagaimana anak?
Oleh karebabta penyiusihan beban penyusutan jangan ditabung dirumah. Terlalu riskan. Tabunglah di KPRI KIPAS. Kalau beban penyusutan kendaraan anda disisikan dengan cara ditabung di KPRI KIPAs, anda akan mampu tidak akan menggunakan tabungan itu untuk keperluan lain dengan alasan apapun. Kalau beban penyusutan disisihkan dengan cara disimpan di rumah, penulis skeptis, kalau perlu diawal anda menabung, anda minta tolong secara tertulis diatas materai cukup kepada Pengurus untuk tidak memperbolehkan anda mengambil tabungan dengan alasan apapun , kecuali untuk membeli kendaraabn baru, pengganti kendaraan yang lama yang telah habis usia ekonomisnya
Kalau anda mampu memperhitungkan penyusutan kendaraan anda dan menerapkannya anda akan menikmati keuntungan yang lain yang selam ini tidak terbayangkan. Yakni anda akan memiliki data penggunaan kendaraan anda dari bulan kebulan berikutnya. Anda akan dapat memperbandingkannya. Dan dengan data itu anda akan dengansendirinya terdorong untuk tidak boros dalam menggunakan kendaraan. Sebab semakin banya anda menggunakan kendaraan semakin banyak pula anda menyisihkan beban penyusutan. Mereka tidak boros menggunakan kendaraan- termasuk anda telah ikut menolong dunia yang resah menghadapi masalah pemanasan global sebagai akibat polusi udara karena gas rumah kaca, antara lain karena pembakaran BBM anda adalah salah seorang dari mereka yang menolong dunia itu. luar biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar